Selasa, September 7

Bersama Hujan

Bersama hujan
Meluruhkan kata
Memaku mendengar
Biarkan berkata busa
Menyimpan satu titik
Tak perlu diketahui
Bayang mengelana
Mengalahkan segalanya

3 komentar:

  1. siang tadi dia jatuh

    suaranya kurindu karena merdu

    wajahnya ayu sejak lama kutau

    dia telah jatuh ke bumi

    dia juga membunuh sunyi

    hadirnya berselimut dingin

    tulisan di atas, kutulis untuk kedatangan hujan hari ini.

    seharian ini aku merasa bosan, bangun siang dengan badan capek habis jalan-jalan seharian kemarin - malioboro, tamansari, kasongan , ratu boko, dan jjc malioboro. dengan perut kosong berisi separuh gelas teh, di depan televisi dengan acara membosankan di kamar, akhirnya hujan datang.

    awalnya sempat terasa jengkel karena mendung menjadikan gelap, angin menjadikan dingin, dan aku sedang mencuci di lantai atas. toh, saat aku ke atas untuk memutar mesin cuciku, aku terdiam di ujung anak tangga saat kulihat butiran air jatuh dari langit. kupandangi langit itu, kupandangi awan gelapnya, dan kupandang dengan jelas rintik-rintik hujan yang jatuh ke bumi.

    aku meneteskan air mata, subhanallah! betapa mulianya Engkau, betapa indahnya Engkau, betapa besarnya Engkau. hujan ini bagai rejeki. hujan ini adalah anugerah. Dia menyayangi ciptaan-Nya.

    jika aku sadari, rejeki itu selalu jatuh dari langit (datang dari-Nya) bagai hujan. setiap waktu, dan setiap tempat di bumi ini, seperti basahnya tanah hingga meluapnya sungai-sungai. rejeki itu ada. pencarian rejeki (mungkin) bagai orang yang memandang hujan, ada yang membencinya, ada yang berbasah sedikit, ada yang mandi dengan airnya, ada yang mengarungi arusnya, ada yang berlayar di atasnya, hingga menyelami airnya. jika engkau membencinya, nampaknya rejeki juga akan “membencimu”, bagaimana mungkin rejeki datang padamu jika utusan Tuhan yang jatuh ke bumi engkau anggap sebagai musuh. adakah rasa bersyukurmu atas datangnya hujan?

    anugerahnya terasa bagi bumi. hujan membawa kehidupan bagi tanaman, hewan dan manusia. datangnya menyirami dedaunan yang kering dan menyegarkan dahaga. lihatlah pada katak yang gembira menyambut hujan, tataplah pada tunas daun yang berkembang mekar, amatilah tumbuhnya jamur yang menjulang, semua gembira menyambut anugerah-Nya. bagaimana dengan kita? haruskah mencemaskan basah badan? khawatir genteng bocor? ketakutan banjir? lihat dan sambutlah datangnya, itu dahlu, kemudian syukurilah seraya berkata Tuhan (Allah) Maha Besar.

    Dia menyayangiku, menyayangimu. Dia turunkan hujan sebagai penyelamat dari panasnya matahari, seperti Dia turunkan petunjuk keselamatan dunia dan akhirat. ada hujan ada panas, Dia menunjukkan pula bahwa ada hidup dan ada kematian, Dia telah buktikan itu semua. ada surga dan ada neraka, adakah engkau ingkar tentang itu? ingatlah bahwasanya Dia selalu memenuhi janji-Nya. toh, seperti kehadiran hujan, akhirnya Dia serahkan pada manusia untuk memilihnya, memandangnya sebagai derita atau sebagai hadiah. aku sempat bergumam, “kiranya kelak aku tak mendapatkan tempat di surga-Mu, biarkanlah kunikmati hujan ini sebagai secuil keindahan-Mu.”

    terimakasih Allah, aku masih diberi kesempatan menikmati hujan (keindahan-Mu) siang tadi. suaranya merdu, wajahnya ayu.

    BalasHapus
  2. wah2 mbak/mas,,, ini coment apa curcol hayoooo.... ahahahah
    salam kenal :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Boleh komentar apa aja kok :)